Cacing Sutra – Cacing sutra
memiliki nama latin tubifex sp. di Indonesia cacing sutra dikenal dengan
nama cacing rambut atau cacing darah merupakan cacing kecil seukuran
rambut berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm, dengan tubuh
berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas. Budidaya ikan semakin
berkembang, kebutuhan akan pakan mejadi salah satu masalah yang menjadi
perhatian serius dari akuakulturis yang bergerak di bidang ini. Salah
satu pakan yang menjadi kebutuhan bagi kegiatan budidaya adalah pakan
alami. Ada berbagai macam pakan alami yang menjadi perhatian para
akuakulturis, seperti fitoplankton, zooplankton, cacing, dan maggot.
Pakan alami dikembangkan dengan berbagai tujuan seperti pemenuhan
kebutuhan nutrisi, sebagai first feeding dalam pembenihan ikan, dan lain
sebagainya.
Berikut dari klasifikasi cacing sutra :
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp.
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp.
Syarat Hidup Cacing Sutra
Cacing ini memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan
panjangnya 1-2 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang
melambai-lambai karena warna tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering
juga disebut dengan cacing rambut. Cacing ini merupakan salah satu jenis
benthos yang hidup di dasar perairan tawar daerah tropis dan subtropis,
tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai saluran pencernaan, termasuk
kelompok Nematoda. Cacing sutera hidup diperairan tawar yang jernih dan
sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan
mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bagian-bagian organik
yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan tersebut (Djarijah
1996).
Cacing sutera merupakan organisme hermaprodit yang memiliki dua alat
kelamin jantan dan betina sekaligus dalam satu tubuh. Berkembangbiak
dengan bertelur, proses peneluran terjadi di dalam kokon yaitu suatu
segmen yang berbentuk bulat telur yang terdiri dari kelenjaar epidermis
dari salah satu segmen tubuhnya. Telur tersebut mengalami pembelahan,
kemudian berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari
embrio dari cacing ini akan keluar dari kokon. Cacing sutera ini mulai
berkembangbiak setelah 7-11 hari (Lukito dan Surip 2007).
Cara mudah budidaya cacing sutra
Induk yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang
menetas menjadi tubifex mempunyai usia sekitar 40-45 hari. Jumlah telur
dalam setiap kokon berkisar antara 4-5 butir. Waktu yang dibutuhkan
untuk proses perkembangbiakan telur di dalam kokon sampai menetas
menjadi embrio tubifex membutuhkan waktu sekitar 10-12 hari. Jadi daur
hidup cacing sutera dari telur, menetas hingga menjadi dewasa serta
mengeluarkan kokon dibutuhkan waktu sekitar 50-57 hari (Gusrina, 2008).
Manfaat Cacing sutra
Cacing rambut merupakan salah satu alternatif pakan alami yang dapat
dipilih untuk memberi makan ikan yang anda pelihara, terutama pada saat
fase larva hingga benih ataupun untuk ikan hias anda karena memiliki
kandungan nutrisi yang baik dan cenderung seimbang dan sangat bagus
untuk pertumbuhan ikan.
Artemia
PENGARUH PEMBERIAN ARTEMIA DEWASA TERHADAP PEMIJAHAN IKAN
HIAS CLOWNFISH (Amphiprion ocellaris)
Oleh: Lisa Ruliaty dan Rudi
Prastowo Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
Jepara Email: lisaruliaty@yahoo.co.id
ABSTRAK Kajian pengaruh
pemberian artemia dewasa terhadap pemijahan ikan hias Clownfishdilakukan
untuk dapat meningkatkan frekuensi pemijahan serta jumlah larva yang di
hasilkan.Artemia dewasa di dapatkan dari kultur massal artemia dewasa
dengan pemberian pakan silaseikan dan salinitas >50 ppt. Adapun
perlakuan dari kajian ini adalah (A) Pemberian artemiadewasa kepada 2
pasang induk ikan Clownfish yang dilakukan setelah pemberian pakan
pellet dipagi hari dan sore hari sebanyak 0,5 gr basah artemia dewasa
(20 – 40 ekor) dan perlakuan (B)Pemberian udang jambret/cacing darah
kepada pasangan induk ikan Clownfish lainnya setelahpemberian pakan
pellet di pagi dan sore hari. Induk ikan clownfish yang diberi
pakan segar artemia dewasa mampu memijah sebanyak4 kali/sebulan
dibandingkan dengan pemberian pakan udang jambret/cacing darah yang
hanyamemijah 2-3 kali sebulan. Jumlah larva yang dihasilkan juga lebih
banyak dan stabil dalamjumlah dengan jumlah larva berkisar 508 – 697
ekor setiap kali memijah.Kata Kunci: Clownfish, pemijahan, artemia
dewasa
Jentik Nyamuk (Cuk)
Pakan ini mengandung banyak protein
yang baik untuk ikan cupang. Pada musim kemarau, jentik nyamuk banyak diketemukan di
air yang menggenang. Jika ingin menghemat biaya pakan ikan cupang, maka jentik
nyamuk adalah salah satu solusinya. Jentik nyamuk adalah pakan ikan cupang yang
paling murah. Kebanyakan petani ikan cupang hias mendapatkannya dengan mencari
di got atau parit.
Pemberian jentik nyamuk jangan
berlebihan karena jentik nyamuk yang tidak termakan akan berubah menjadi
nyamuk. Berikan jentik yang berupa larva (berdiri terbalik di permukaan air),
bukan kepompong (bulat tampak seperti
bengkok). Jentik yang sudah berubah menjadi kepompong tidak baik untuk cupang,
karena bisa menyebabkan perut buncit dan akhirnya mati.
Tips untuk memilih jentik nyamuk. Jentik
nyamuk yg diambil dari alam biasanya masih kotor dan bercampur dgn larva hewan
lain. Masukkan jentik nyammuk ke air es, secara otomatis mereka akan teler, jentik
nyamuk akan mengendap ke dasar sedangkan Non-jentik nyamuk akan mengambang.
Jentik nyamuk diambil dgn saringan halus, lalu dimasukan ke dalam air yg telah
ditetesi PK, dosis 1/2 tetes tuk ember ukuran 15 liter, ini tuk
"membangunkan" jentik nyamuk, setelah itu dicuci dgn air bersih dan
siap disajikan
Kutu Air (Water Flea)
Kutu
air merupakan makanan yang paling baik diberikan kepada anakan cupang yang
sudah menetas setelah kurang lebih 4 hari. selain itu ikan cupang yang
sudah dewasa juga menyukai kutu air jadi baik juga diberikan kepada ikan cupang
yang sudah dewasa. Kelebihan dari kutu air ialah memiliki sangat banyak protein
yang dibutuhkan oleh anakan cupang dan juga mudah dicerna, oleh karena itu sangat
direkomendasikan jika anakan cupang diberikan kutu air sebisa mungkin,
Kutu air juga
tersedia dari alam atau dibeli di pedagang ikan. Namun ktu air tidak selalu
tersedia di alam, budidayanya pun cukup sulit sehingga harganya cukup mahal di
pasaran. Contoh kutu air adalah moina dan daphnia.
Cacing Darah-Cacing ini
sebenarnya tidak termasuk jenis cacing, tetapi larva jenis nyamuk Chironomus sp. dan biasanya dijual dalam
bentuk beku. Meski proteinnya tinggi, tapi cupang biasanya tdk tertarik untuk
memakannya, karena sudah mati.
Solusinya
ialah memberikan cacing darah hidup. Cacing ini memiliki kemungkinan membuat perut
cupang buncit, karena cukup keras untuk dicerna.
Pelet -pelet merupakan pekan yang praktis untuk ikan hias yan kita pelihara, dengan bahan-bahan pilihan dan vitamin yang dibutuhkan ikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar